Teaching for transformation
Untuk
memahami pengertian transformasi, Jenkins, J menjelaskan bahwa ada beberapa hal
yang harus dipahami terlebih dahulu. Hal tersebut dimulai dari iman terhadap
kebangkitan Tuhan. Hal ini merupakan awal dari suatu proses untuk menjadi
serupa dengan Kristus. Proses ini dimulai dari sebuah komitmen di dalam hati,
pertobatan, dan suatu perubahan dengan arah positif yang selalu
meningkat.Dengan demikian proses transformasi akan meresap secara menyeluruh
dan membawa pada suatu pembaharuan pikiran dan juga pada suatu perubahan
pandangan hidup yang total. Namun sebuah transformasi tidak hanya berhenti
sampai di situ. Iman dan cara pandang Kristen memang sangat penting namun
tujuan akhir kita adalah menjadi serupa dengan Kristus dan ini adalah sebuah
permasalahan besar dalam dunia transformasi. Permasalahan ini terjadi akibat
tidak adanya kesesuaian antara teori dan praktek, antara retorika kerajaan
Allah dan kenyataan antara kehidupan pribadi dan sosial.
Di
sinilah peran seorang guru dalam dunia pendidikan Kristen. Transformasi bukan
hanya berbicara membawa orang atau menuntun orang menjadi serupa dengan
Kristus, tetapi transformasi juga berbicara mengenai praktek pola hidup yang
sesuai dengan karakter Kristus. Sebagai calon guru, saya sadar betul bahwa
konsep transformasi harus diawali dari diri sendiri. Untuk dapat
mentransformasi orang lain saya harus mengalami transformasi itu sendiri.
Transformasi yang dilakukan oleh Roh Kudus terhadap diri saya. Namun sayangnya
kebanyakan pendidik saat ini tidak memahami hal itu dengan baik, sehingga
konsep transformasi hanya di mengerti sebagai teori dan prosses transformasi
yang terjadi hanyalah membawa sebuah penyesuaian.
Terdapat
perbedaan yang sangat kontras antara transformasi dan penyesuaian. Transformasi
merupakan sebuah proses yang panjang dan memiliki tahap-tahap yang terus
berkelanjutan yang tujuan akhirnya adalah mejadi serupa dengan Kristus dan
tentu saja melalui karya Roh Kudus dalam hidup kita. Sedangkan penyesuian
adalah sebuah proses yang hanya membawa kita pada norma-norma atau nilai –nilai
yang dianggap baik sebagai standar dari tujuan akhir hidup kita. Inti dari
perbedaan dua konsep tersebut adalah fokus yang digunakan. Penyesuian hanya
berfokus pada hasil akhir tanpa mempertimbangkan karakter Kristus sebagai
teladan dalam hidup kita.
Saya
sangat setuju dengan pendapat Jenkinks bahwa proses transformasi bukan hanya
berdasarkan pemahaman cara pandang teori iman Kristen saja, tetapi proses
transformasi itu juga memerlukan praktek atau pengaplikasian di dalam
kehidupan. Saya sadar bahwa kebanyakan guru di masa kini dapat dengan tegas
menjelaskan pengajaran yang berlandaskan pada nilai kebenaran seperti saling
mengasihi, sabar, tidak mengucapkan saksi dusta terhadap sesama, tapi pada kenyataannya
mereka tidak mampu melakukan tindakan yang benar sesuai dengan teori yang
mereka ajarkan. Seharusnya sebagai guru mereka bisa memberikan teladan yang
baik dan benar melalui tingkah laku keseharian mereka. Contoh nyatanya adalah
ketika seorang guru melarang siswanya merokok maka seharusnya guru tersebut
juga tidak merokok. Selain itu ketika guru mengajarkan kepada siswa untuk
saling mengasihi terhadap sesama maka seharusnya guru tersebut juga memberikan
teladan melalui tutur kata dan perbuatannya kepada rekan guru dan
siswa-siswanya.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa ketika kita sebagai calon guru Kristen yang mau
mentransformasikan pendidikan, kita
harus
terlebih dahulu mentransformasi
diri sendiri dengan
bantuan kuat kuasa Roh Kudus dan ketika kita mau mentransformasikan pendidikan,
kita tidak hanya harus berpatokan pada iman dan sudut pandang iman Kristen atau
hanya fokus pada teori saja, tetapi kita juga harus menjalankannya melalui
tindakan kita yang sesuai dengan teladan Kristus. kiranya hasil apapun yang
kita dapat dari sebuah proses transformasi, semuanya itu kita kembalikan hanya
untuk kemuliaan Tuhan saja.
Referensi:
·
Jenkins, J. (1995). Teaching for Transofmation.