Selasa, 30 September 2014

Teaching for transformation
Untuk memahami pengertian transformasi, Jenkins, J menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang harus dipahami terlebih dahulu. Hal tersebut dimulai dari iman terhadap kebangkitan Tuhan. Hal ini merupakan awal dari suatu proses untuk menjadi serupa dengan Kristus. Proses ini dimulai dari sebuah komitmen di dalam hati, pertobatan, dan suatu perubahan dengan arah positif yang selalu meningkat.Dengan demikian proses transformasi akan meresap secara menyeluruh dan membawa pada suatu pembaharuan pikiran dan juga pada suatu perubahan pandangan hidup yang total. Namun sebuah transformasi tidak hanya berhenti sampai di situ. Iman dan cara pandang Kristen memang sangat penting namun tujuan akhir kita adalah menjadi serupa dengan Kristus dan ini adalah sebuah permasalahan besar dalam dunia transformasi. Permasalahan ini terjadi akibat tidak adanya kesesuaian antara teori dan praktek, antara retorika kerajaan Allah dan kenyataan antara kehidupan pribadi dan sosial.
Di sinilah peran seorang guru dalam dunia pendidikan Kristen. Transformasi bukan hanya berbicara membawa orang atau menuntun orang menjadi serupa dengan Kristus, tetapi transformasi juga berbicara mengenai praktek pola hidup yang sesuai dengan karakter Kristus. Sebagai calon guru, saya sadar betul bahwa konsep transformasi harus diawali dari diri sendiri. Untuk dapat mentransformasi orang lain saya harus mengalami transformasi itu sendiri. Transformasi yang dilakukan oleh Roh Kudus terhadap diri saya. Namun sayangnya kebanyakan pendidik saat ini tidak memahami hal itu dengan baik, sehingga konsep transformasi hanya di mengerti sebagai teori dan prosses transformasi yang terjadi hanyalah membawa sebuah penyesuaian.
Terdapat perbedaan yang sangat kontras antara transformasi dan penyesuaian. Transformasi merupakan sebuah proses yang panjang dan memiliki tahap-tahap yang terus berkelanjutan yang tujuan akhirnya adalah mejadi serupa dengan Kristus dan tentu saja melalui karya Roh Kudus dalam hidup kita. Sedangkan penyesuian adalah sebuah proses yang hanya membawa kita pada norma-norma atau nilai –nilai yang dianggap baik sebagai standar dari tujuan akhir hidup kita. Inti dari perbedaan dua konsep tersebut adalah fokus yang digunakan. Penyesuian hanya berfokus pada hasil akhir tanpa mempertimbangkan karakter Kristus sebagai teladan dalam hidup kita.
Saya sangat setuju dengan pendapat Jenkinks bahwa proses transformasi bukan hanya berdasarkan pemahaman cara pandang teori iman Kristen saja, tetapi proses transformasi itu juga memerlukan praktek atau pengaplikasian di dalam kehidupan. Saya sadar bahwa kebanyakan guru di masa kini dapat dengan tegas menjelaskan pengajaran yang berlandaskan pada nilai kebenaran seperti saling mengasihi, sabar, tidak mengucapkan saksi dusta terhadap sesama, tapi pada kenyataannya mereka tidak mampu melakukan tindakan yang benar sesuai dengan teori yang mereka ajarkan. Seharusnya sebagai guru mereka bisa memberikan teladan yang baik dan benar melalui tingkah laku keseharian mereka. Contoh nyatanya adalah ketika seorang guru melarang siswanya merokok maka seharusnya guru tersebut juga tidak merokok. Selain itu ketika guru mengajarkan kepada siswa untuk saling mengasihi terhadap sesama maka seharusnya guru tersebut juga memberikan teladan melalui tutur kata dan perbuatannya kepada rekan guru dan siswa-siswanya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ketika kita sebagai calon guru Kristen yang mau mentransformasikan pendidikan, kita harus terlebih dahulu mentransformasi diri sendiri dengan bantuan kuat kuasa Roh Kudus dan ketika kita mau mentransformasikan pendidikan, kita tidak hanya harus berpatokan pada iman dan sudut pandang iman Kristen atau hanya fokus pada teori saja, tetapi kita juga harus menjalankannya melalui tindakan kita yang sesuai dengan teladan Kristus. kiranya hasil apapun yang kita dapat dari sebuah proses transformasi, semuanya itu kita kembalikan hanya untuk kemuliaan Tuhan saja.






 

Referensi:

·         Jenkins, J. (1995). Teaching for Transofmation.